KLIPPING ALBUM PERJUANGAN
HARIAN SURABAYA POST
SELASA, 5 NOPEMBER 1985
KESAKSIAN SAYA MENGENAI PERISTIWA
TERTEMBAKNYA Brigadir Mallaby
Oleh Amak Altuwy
Tulisan
ini tentu akan menimbulkan pertanyaan, terutama dari generasi muda, kenapa baru
sekarang diungkapkan tentang matinya A.W.S. Mallaby? Maka jawab penulis: karena
yang berwajib tidak mau atau beranggapan
belum waktunya untuk mengungkapnya.
Buktinya,
sudah 40 tahun tidak ada usaha dari yang berwajib untuk menelusuri dan mencari
keterangan-keterangan mengenai peristiwa waktu itu. Apakah Mallaby menghilang
atau tertembak? Kalau tertembak , siapa penembaknya dan bagaimana kejadiannya?
Mungkin
sudah ada yang mencari data-data, tetapi mereka mendapat informasi dari
bapak-bapak yang tidak terlibat langsung dalam peristiwa waktu itu ; sedangkan
di surat-surat khabar dimuat tulisan-tulisan yang mengharap agar yang berwajib
mengundang orang-orang yang masih ada yang terlibat waktu itu untuk dimintai
keterangan-keterangan mengenai peristiwa
itu. Terhadap himbauan-himbauan ini tidak ada tanggapan dari yang berwajib.
Mungkin karena masih perlu dirahasiakan?
Pada
tanggal 10 November 1953 penulis pernah berdebat dengan seseorang. Beliau
mengatakan bahwa Mallaby menghilang dan
ditarik kembali ke Inggris, dan keterangan ini saya bantah. Saya ceritakan
bahwa Mallaby tertembak, sedangkan penembaknya masih hidup, kalau perlu saya
sanggup membawa beliau untuk menemui
penembak Mallaby. Akhirnya beliau berpesan supaya saya menyampaikan kepada
orang yang menembak Mallaby itu supaya
hal ini jangan diungkapka pada orang, karena ada pesan dari Cak Ruslan
Abdulgani : ”Kalau ada berita tentang tertembaknya Mallaby jangan diberitakan
di koran.”
Pesan
ini saya sampaikan kepada orang yang menembak Mallaby. Malahan saya mendapat
jawaban dari dia : ”Malam setelah peristiwa itu saya memang telah bercerita
kepada Cak Dul Arnowo, dan Cak Dul juga berpesan supaya kejadian itu jangan
diungkapkan kepada orang.”
Baru
tanggal 28 Agustus 1985 yang lalu diadakan seminar untuk penulisan Buku Sejarah
Empat Lima di gedung Grahadi Surabaya, diketuai oleh Pak Blegoh Sumarto dan
diketuai oleh Prof. Dr. Ruslan Abdulgani. Buku itu rencananya akan diterbitkan pada bulan November
1985 ini. Agar jangan sampai penulisan
buku sejarah itu bersimpang siur, penulis berusaha menemui bapak yang mendapat
tugas mencatat dan mencari data-data peristiwa matinya A.W.S. Mallaby. Bapak
tersebut lalu berjumpa langsung dengan penembak A.W.S. Mallaby.
PRI
Supaya
pembaca lebih jelas perlu penulis uraikan dulu bahwa pada tahun 1945 selain
terbentuknya TKR, BKR, BPRI, TRIP, danlain-lain, terbentuk juga PRI (Oktober 1945), gabungan
pemuda-pemuda Surabaya dengan tujuan semula mengadakan perundingan dengan
International Red Cross tentang bantuan keamanan.
PRI
atau Pemuda Republik indonesia itu mempunyai 3 markas di Surabya. PRI Selatan
bermarkas di gedung yang sekarang Balai
Pemuda, PRI Tengah di gedung yang sekarang bioskop King di Alun-alun Contong,
PRI Utara di rumah Baswedan di JL. KHM Mansyur. Selain itu juga ada ranting-ranting
PRI di beberapa kampung.
Penulis
sendiri tergabung dalam PRI Utara ranting Ampel dibawah pimpinan Kemas Abdul
Rahman Doong (almarhum) dan wakilnya Abdul Syukur Hamid.
Sedangkan
H. Abdul Aziz, penembak Brigjend A.W.S.
Mallaby, bertempat tinggal di Ampel Menara No. 2 (dulu Ampel Culik). Dia
orang Madura, dikenal dengan nama Haji
Ajis Endhog, karena dia juragan telur. Keadaan rumah tangganya cukup,
rumahnya bertingkat dan mewah. Dia dari kesatuan TKR Sambongan. Badannya agak
gemuk dan kekar. Selama di TKR dia memakai baju hijau dan sepatu laars, dan
disamping badannya tergantung revolvers vickers Jepang.
Pada hari yang dimaksud sekira pukul 3 sore
terdengar perintah Bung Tomo di radio BPRI untuk memberhentikan tembak
menembak. Siaran ini berulang-ulang. Kurang lebih pukul 4 sore datang rombongan
3 mobil berhenti di depan gedung yang sekarang gedung Bank Bumi Daya yang dulu,
pintu depannya di Jalan Jembatan Merah.
Dari
arah gedung Internatio 3 mobil ini tidak dapat dilihat. Mobil paling depan
ditumpangi Mallaby dan 2 orang perwira
Inggris ; satu diantaranya (pengemudi) keluar dari mobil dan melambaikan bendera putih kira-kira ukuran 30 X 30 cm bersembunyi di
balik gedung BBD. Yang melambaikan bendera itu
tidak dapat dilihat dari Internatio; baru kurang lebih 15 menit kemudian keluar ketempat terbuka
yang dapat dilihat dari Internatio, dan 10 menit kemudian berjalan kaki menuju
Internatio.
Tidak
lama setelah kembalinya pengemudi itu dari Internatio, baru rombongan 3
mobil berjalan menuju gedung tersebut dan mereka masuk kedalam.
Diantara penumpang-penumpang di dalam mobil itu yang saya tahu ialah pak Kundan
dengan baju putih-putih, dan Sdr Ali Harun
(almarhum) dari PRI Utara; sedangkan bapak-bapak lainnya saya tidak
kenal.
Kurang
lebih pukul 5 sore setelah rombongan Contact Bureau keluar dari Internatio, 3
mobil itu berjalan menuju Jalan Niaga.
Skets mobil yang ditumpangi oleh Mallaby dihentikan oleh pemuda-pemuda di dekat
Jembatan Merah. Pertama kali yang memberhentikan mobil itu bernama Said,
orangnya agak pendek dan matanya juling (maaf). Dengan gigih dia minta supaya
tentara Sekutu yang berada di dalam gedung Internatio sekarang juga ditarik
pindah ke Tanjung Perak.
Mobil
yang ditumpangi Pak Kundan, yang telah berjalan lebih dulu dimuka berhenti, dan
Pak Kundan keluar dan berjalan kembali menuju mobil Mallaby yang berhenti. Pak Kundan lalu berhenti
menjadi juru bahasa dalam dialog antara pemuda-pemuda dan A.W.S Mallaby.
Sedangkan di lapangan di depan gedung
Internatio (sekarang terminal bemo) banyak pemuda-pemuda berkeliaran sambil
menunggu putusan.
Kurang
lebih pukul 5.30 sore dan cahaya udara agak remang-remang, granat-granat tangan
berjatuhan dari atas gedung di lapangan di mana banyak pemuda-pemuda. Pada saat
itu saya lihat H. Abdul Aziz menarik
revolvernya dan melepaskan tembakan
kearah A.W.S. Mallaby serta perwira yang duduk di sebelahnya, dari jarak +- 1
meter. Pengemudi mobil keluar dari mobil, tapi kurang lebih 3 – 4 langkah
dari mobilnya ia tertembak juga dan jatuh. Siapa penmbaknya? Penulis tidak
tahu.
Mulai
saat itu tembak menembak lagi, sedangkan pemuda-pemuda dan bapak-bapak dari
Contact Bureau semrawut. Yang perlu diketahui, lemparan granat itu terjadi
lebih dulu dari pada tertembaknya A.W.S. Mallaby. Inilah asal mulanya matinya
Mallaby.
Dua
hari kemudian mobil yang ditumpangi Mallaby masih ada di tempat kejadian itu.
Mobil itu hangus terbakar (tidak meledak) dan 2 sosok tubuh di dalam mobil juga hangus terbakar. Juga pengemudi yang mati tertembak masih
berada di tempat itu, sedangkan pemuda-pemuda yang kena pecahan granat sudah
tidak ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar