Kamis, 07 Maret 2013

Kesaksian Amak Altuwy, H Abdul Azis Penembak Brigjend AWS Mallaby



KLIPPING ALBUM PERJUANGAN

HARIAN  SURABAYA POST
SELASA, 5 NOPEMBER 1985

KESAKSIAN SAYA MENGENAI PERISTIWA
TERTEMBAKNYA Brigadir Mallaby
Oleh Amak Altuwy

Tulisan ini tentu akan menimbulkan pertanyaan, terutama dari generasi muda, kenapa baru sekarang diungkapkan tentang matinya A.W.S. Mallaby? Maka jawab penulis: karena yang berwajib tidak mau  atau beranggapan belum waktunya untuk mengungkapnya.

Buktinya, sudah 40 tahun tidak ada usaha dari yang berwajib untuk menelusuri dan mencari keterangan-keterangan mengenai peristiwa waktu itu. Apakah Mallaby menghilang atau tertembak? Kalau tertembak , siapa penembaknya dan bagaimana kejadiannya?

Mungkin sudah ada yang mencari data-data, tetapi mereka mendapat informasi dari bapak-bapak yang tidak terlibat langsung dalam peristiwa waktu itu ; sedangkan di surat-surat khabar dimuat tulisan-tulisan yang mengharap agar yang berwajib mengundang orang-orang yang masih ada yang terlibat waktu itu untuk dimintai keterangan-keterangan  mengenai peristiwa itu. Terhadap himbauan-himbauan ini tidak ada tanggapan dari yang berwajib. Mungkin karena masih perlu dirahasiakan?

Pada tanggal 10 November 1953 penulis pernah berdebat dengan seseorang. Beliau mengatakan bahwa Mallaby  menghilang dan ditarik kembali ke Inggris, dan keterangan ini saya bantah. Saya ceritakan bahwa Mallaby tertembak, sedangkan penembaknya masih hidup, kalau perlu saya sanggup membawa beliau  untuk menemui penembak Mallaby. Akhirnya beliau berpesan supaya saya menyampaikan kepada orang yang menembak Mallaby itu  supaya hal ini jangan diungkapka pada orang, karena ada pesan dari Cak Ruslan Abdulgani : ”Kalau ada berita tentang tertembaknya Mallaby jangan diberitakan di koran.”

Pesan ini saya sampaikan kepada orang yang menembak Mallaby. Malahan saya mendapat jawaban dari dia : ”Malam setelah peristiwa itu saya memang telah bercerita kepada Cak Dul Arnowo, dan Cak Dul juga berpesan supaya kejadian itu jangan diungkapkan kepada orang.”

Baru tanggal 28 Agustus 1985 yang lalu diadakan seminar untuk penulisan Buku Sejarah Empat Lima di gedung Grahadi Surabaya, diketuai oleh Pak Blegoh Sumarto dan diketuai oleh Prof. Dr. Ruslan Abdulgani. Buku itu rencananya  akan diterbitkan pada bulan November 1985  ini. Agar jangan sampai penulisan buku sejarah itu bersimpang siur, penulis berusaha menemui bapak yang mendapat tugas mencatat dan mencari data-data peristiwa matinya A.W.S. Mallaby. Bapak tersebut lalu berjumpa langsung dengan penembak A.W.S. Mallaby.

PRI 
Supaya pembaca lebih jelas perlu penulis uraikan dulu bahwa pada tahun 1945 selain terbentuknya TKR, BKR, BPRI, TRIP, danlain-lain, terbentuk  juga PRI (Oktober 1945), gabungan pemuda-pemuda Surabaya dengan tujuan semula mengadakan perundingan dengan International Red Cross tentang bantuan keamanan.

PRI atau Pemuda Republik indonesia itu mempunyai 3 markas di Surabya. PRI Selatan bermarkas di gedung  yang sekarang Balai Pemuda, PRI Tengah di gedung yang sekarang bioskop King di Alun-alun Contong, PRI Utara di rumah Baswedan di JL. KHM Mansyur. Selain itu juga ada ranting-ranting PRI di beberapa kampung.

Penulis sendiri tergabung dalam PRI Utara ranting Ampel dibawah pimpinan Kemas Abdul Rahman Doong (almarhum) dan wakilnya Abdul Syukur Hamid.

Sedangkan H. Abdul Aziz, penembak Brigjend A.W.S. Mallaby, bertempat tinggal di Ampel Menara No. 2 (dulu Ampel Culik). Dia orang Madura, dikenal dengan nama Haji Ajis Endhog, karena dia juragan telur. Keadaan rumah tangganya cukup, rumahnya bertingkat dan mewah. Dia dari kesatuan TKR Sambongan. Badannya agak gemuk dan kekar. Selama di TKR dia memakai baju hijau dan sepatu laars, dan disamping badannya tergantung revolvers vickers Jepang.

 Pada hari yang dimaksud sekira pukul 3 sore terdengar perintah Bung Tomo di radio BPRI untuk memberhentikan tembak menembak. Siaran ini berulang-ulang. Kurang lebih pukul 4 sore datang rombongan 3 mobil berhenti di depan gedung yang sekarang gedung Bank Bumi Daya yang dulu, pintu depannya di Jalan Jembatan Merah.

Dari arah gedung Internatio 3 mobil ini tidak dapat dilihat. Mobil paling depan ditumpangi Mallaby dan 2 orang perwira  Inggris ; satu diantaranya (pengemudi) keluar dari mobil  dan melambaikan bendera putih  kira-kira ukuran 30 X 30 cm bersembunyi di balik gedung BBD. Yang melambaikan bendera itu  tidak dapat dilihat dari Internatio; baru kurang lebih  15 menit kemudian keluar ketempat terbuka yang dapat dilihat dari Internatio, dan 10 menit kemudian berjalan kaki menuju Internatio.

Tidak lama setelah kembalinya pengemudi itu dari Internatio, baru rombongan 3 mobil  berjalan menuju  gedung tersebut dan mereka masuk kedalam. Diantara penumpang-penumpang di dalam mobil itu yang saya tahu ialah pak Kundan dengan baju putih-putih, dan Sdr Ali Harun  (almarhum) dari PRI Utara; sedangkan bapak-bapak lainnya saya tidak kenal.

Kurang lebih pukul 5 sore setelah rombongan Contact Bureau keluar dari Internatio, 3 mobil itu berjalan  menuju Jalan Niaga. Skets mobil yang ditumpangi oleh Mallaby  dihentikan oleh pemuda-pemuda di dekat Jembatan Merah. Pertama kali yang memberhentikan mobil itu bernama Said, orangnya agak pendek dan matanya juling (maaf). Dengan gigih dia minta supaya tentara Sekutu yang berada di dalam gedung Internatio sekarang juga ditarik pindah ke Tanjung Perak.

Mobil yang ditumpangi Pak Kundan, yang telah berjalan lebih dulu dimuka berhenti, dan Pak Kundan keluar dan berjalan kembali menuju mobil Mallaby  yang berhenti. Pak Kundan lalu berhenti menjadi juru bahasa dalam dialog antara pemuda-pemuda dan A.W.S Mallaby. Sedangkan di lapangan di  depan gedung Internatio (sekarang terminal bemo) banyak pemuda-pemuda berkeliaran sambil menunggu putusan.

Kurang lebih pukul 5.30 sore dan cahaya udara agak remang-remang, granat-granat tangan berjatuhan dari atas gedung di lapangan di mana banyak pemuda-pemuda. Pada saat itu saya lihat H. Abdul Aziz menarik revolvernya  dan melepaskan tembakan kearah A.W.S. Mallaby serta perwira yang duduk di sebelahnya, dari jarak +- 1 meter. Pengemudi mobil keluar dari mobil, tapi kurang lebih 3 – 4 langkah dari mobilnya ia tertembak juga dan jatuh. Siapa penmbaknya? Penulis tidak tahu.

Mulai saat itu tembak menembak lagi, sedangkan pemuda-pemuda dan bapak-bapak dari Contact Bureau semrawut. Yang perlu diketahui, lemparan granat itu terjadi lebih dulu dari pada tertembaknya A.W.S. Mallaby. Inilah asal mulanya matinya Mallaby.

Dua hari kemudian mobil yang ditumpangi Mallaby masih ada di tempat kejadian itu. Mobil itu hangus terbakar (tidak meledak) dan 2 sosok tubuh  di dalam mobil juga hangus terbakar.  Juga pengemudi yang mati tertembak masih berada di tempat itu, sedangkan pemuda-pemuda yang kena pecahan granat sudah tidak ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar