KLIPPING ALBUM PERJUANGAN
Surabaya Post, Rabu 15 Nopember 1995
SURAT PEMBACA
Soal Penembak Brigadir Mallaby
Membaca
komentar Cak Roeslan Abdulgani tentang orang-orang yang mengaku menembak Brigadir Jendral
Mallaby (Surabaya Post, 10/11). Saya merasa perlu menyampaikan sedikit penjelasan
agar pembaca tak salah persepsi terhadap pribadi almarhum H. Abdul Azis.
Memang
benar ada beberapa orang yang pernah mengaku sebagai pelaku penembakan Mallaby,
tapi arek “Ampel” Suroboyo yang akrab dipanggil “Kaji Azis Endoq” tak pernah
secara terbuka mengklaim dirinya sebagai pelaku penembak Brigadir Mallaby,
kecuali kepada keluarganya sendiri.
Beliau
sangat konsisten dengan janjinya kepada pemimpinnya, Cak Doel Arnowo untuk tak
memberitahukan peristiwa itu kepada siapa pun. Setidaknya telah 40 tahun
lamanya rahasia itu dipendamnya dengan baik.
Kalaupun
pada tahun 1985, Sdr. Amak Altuwy mengungkapkan lewat Surabaya Post, itu
merupakan ungkapan kesaksian Sdr. Amak
sebagai pelaku sejarah dalam pertempuran Jembatan Merah.
H.
Abdul Azis konsisten dengan janjinya, jangankan mengaku sebagai pelaku penembak
Mallaby, terlibat dalam perjuangan pun tak diakuinya. Sikap ini membuat Sdr.
Amak penasaran ingin membuktikan secara langsung atas kebenaran kesaksiannya
kepada wartawan Surabaya Post, Sdr. Suparto Brata, waktu itu.
Sdr.
Suparto Brata sendiri juga menghadapi sikap yang sama ketika bertemu dengan H.
Abdul Azis di Kampung Ampel. Namun ia berhasil membuat H. Abdul Azis terpancing
emosinya, dan akhirnya tanpa disadari memasuki sasaran intinya.
Satu-satunya
pengungkapan yang tulus terjadi di Malang pada tahun 1970. Pada waktu itu Pak
Syifun Dewan Harian Daerah (DHD) ’45 Surabaya melaksanakan pendataan penyusunan
buku sejarah perjuangan arek-arek Suroboyo, dengan cara dialogis dan saling
mengingatkan peristiwa perjuangan yang pernah dialami bersama maupun terpisah.
Perlu
saya tambahkan, teman-teman seperjuangan H. Abdul Azis, antara lain Pak
H. Wirontono (saat H. Abdul Azis sakit hernia biaya operasi ditanggung
oleh H. Wirontono yang ditangani oleh
Dr. H. Faruk Bakri adiknya, H. Wirontono telah meninggal dunia di Kebayoran
Baru Jakarta Selatan pada hari Selasa tanggal 16 Juni 1998), Pak Rakimin,
Pak Akhyat “alap-alap”, Pak Soekarsono, dan lainnya yang saya lupa
namanya.
Bagaimanapun
semasa akhir hidupnya beliau telah berusaha melupakan semua peran dalam upaya
merebut kemerdekaan negeri ini dengan segala pengorbanan jiwa, raga, dan
hartanya. Itu dibuktikan dengan membakar semua dokumen dan foto penting yang
berkaitan dengan perjuangannya.
Konsentrasi
perjuangannya sepenuhnya dialihkan untuk keperluan kelangsungan hidup
keluarganya. Hingga akhir hayatnya, H. Abdul Azis tak pernah ikut menikmati
buah kemerdekaan ini.
Semoga
arwah beliau tenang di sisi Allah SWT. Terima kasih.
Drs.
H. Muhammadi Chotib
Jl.
Ampel Menara 2
Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar