Sabtu, 02 Agustus 2014

Soal Penembak Brigadir Mallaby



KLIPPING ALBUM PERJUANGAN
Surabaya Post, Rabu 15 Nopember 1995
SURAT PEMBACA
Soal Penembak Brigadir Mallaby
Membaca komentar Cak Roeslan Abdulgani tentang orang-orang  yang mengaku menembak Brigadir Jendral Mallaby (Surabaya Post, 10/11). Saya merasa perlu menyampaikan sedikit penjelasan agar pembaca tak salah persepsi terhadap pribadi almarhum H. Abdul Azis.
Memang benar ada beberapa orang yang pernah mengaku sebagai pelaku penembakan Mallaby, tapi arek “Ampel” Suroboyo yang akrab dipanggil “Kaji Azis Endoq” tak pernah secara terbuka mengklaim dirinya sebagai pelaku penembak Brigadir Mallaby, kecuali kepada keluarganya sendiri.
Beliau sangat konsisten dengan janjinya kepada pemimpinnya, Cak Doel Arnowo untuk tak memberitahukan peristiwa itu kepada siapa pun. Setidaknya telah 40 tahun lamanya rahasia itu dipendamnya dengan baik.
Kalaupun pada tahun 1985, Sdr. Amak Altuwy mengungkapkan lewat Surabaya Post, itu merupakan ungkapan kesaksian Sdr. Amak  sebagai pelaku sejarah dalam pertempuran Jembatan Merah.
H. Abdul Azis konsisten dengan janjinya, jangankan mengaku sebagai pelaku penembak Mallaby, terlibat dalam perjuangan pun tak diakuinya. Sikap ini membuat Sdr. Amak penasaran ingin membuktikan secara langsung atas kebenaran kesaksiannya kepada wartawan Surabaya Post, Sdr. Suparto Brata, waktu itu.
Sdr. Suparto Brata sendiri juga menghadapi sikap yang sama ketika bertemu dengan H. Abdul Azis di Kampung Ampel. Namun ia berhasil membuat H. Abdul Azis terpancing emosinya, dan akhirnya tanpa disadari memasuki sasaran intinya.
Satu-satunya pengungkapan yang tulus terjadi di Malang pada tahun 1970. Pada waktu itu Pak Syifun Dewan Harian Daerah (DHD) ’45 Surabaya melaksanakan pendataan penyusunan buku sejarah perjuangan arek-arek Suroboyo, dengan cara dialogis dan saling mengingatkan peristiwa perjuangan yang pernah dialami bersama maupun terpisah.
Perlu saya tambahkan, teman-teman seperjuangan H. Abdul Azis, antara lain Pak H. Wirontono (saat H. Abdul Azis sakit hernia biaya operasi ditanggung oleh H. Wirontono yang ditangani  oleh Dr. H. Faruk Bakri adiknya, H. Wirontono telah meninggal dunia di Kebayoran Baru Jakarta Selatan pada hari Selasa tanggal 16 Juni 1998), Pak Rakimin, Pak Akhyat “alap-alap”, Pak Soekarsono, dan lainnya yang saya lupa namanya.
Bagaimanapun semasa akhir hidupnya beliau telah berusaha melupakan semua peran dalam upaya merebut kemerdekaan negeri ini dengan segala pengorbanan jiwa, raga, dan hartanya. Itu dibuktikan dengan membakar semua dokumen dan foto penting yang berkaitan dengan perjuangannya.
Konsentrasi perjuangannya sepenuhnya dialihkan untuk keperluan kelangsungan hidup keluarganya. Hingga akhir hayatnya, H. Abdul Azis tak pernah ikut menikmati buah kemerdekaan ini.
Semoga arwah beliau tenang di sisi Allah SWT. Terima kasih.

Drs. H. Muhammadi Chotib
Jl. Ampel Menara 2
Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar