Selasa, 04 November 2014

Biografi Kaji Ajis Endhog Arek ‘Ampel’ Suroboyo Penembak Brigjend AWS Mallaby (1)



ALBUM PERJUANGAN

Profil Pejuang Sejati
Kaji Ajis Endhog
Arek ‘Ampel’ Suroboyo
Oleh Drs. H. Moch. Chotib
Anak angkat almarhum H. Abdul Azis


Assalamu’alaikum Wr. Wb

Gema perayaan “Indonesia Emas” mendorong penulis untuk membuka-buka kembali kliping usang yang tersimpan 10 tahun lalu. Keinginan itu semakin kuat, ketika surat kabar memberitakan bahwa Ketua Panitia Nasional Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-50, Bapak Emil Salim, berkenan menerima masukan mengenai pelaku-pelaku sejarah perjuangan dan peristiwanya.

Sejalan dengan keinginan itu, Bapak Usman Bahrawi, seorang veteran pejuang Ampell dengan tertatih-tatih lantaran tua dan rabun, mendatangi rumah saya membawa kliping tentang berita kesaksian Bapak Amak Altuwy dalam peristiwa terbunuhnya Brigadir Jendral A.W.S. Mallaby di Jembatan Merah, Surabaya. Hampir setiap pagi dan sore, bapak ini menanyakan hasil rencana saya untuk menulis Haji Abdul Azis, tokoh pelaku dalam lakon pertempuran Jembatan Merah yang menggegerkan dunia internasional itu.

Ditengah-tengah kesibukan selaku karyawan yang padat dengan pekerjaan rutin, malam demi malam saya mulai menulis, akhirnya tepat pada tanggal 17 Agustus 1995, keinginan saya dan juga keinginan bapak pejuang itu terselesaikan juga.

Apa yang saya lakukan, semata-mata bertujuan untuk menyampaikan apa saja yang pernah saya terima dari pelaku sejarah kepada putera-putera dan keluarga saya, baik mengenai semangat juang maupun sekedar mengetahui apa yang pernah dilakukan oleh “datuk dan nenek”-nya dalam memperjuangkan kemerdekaan republik tercinta ini. Itu saja!.

Akhirul kalam, tentu apa yang saya lakukan ini dapat bermanfaat juga bagi orang yang kebetulan membaca tulisan dan kliping saya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, 17 Agustus 1995


Mochammad Chotib



Mengenang Arek ‘Ampel’ Suroboyo

KAJI AJIS ENDHOG  (almarhum)
Profil Pejuang Sejati


Sehari-hari berpenampilan parlente, dandanan rambut dan pakaiannya selalu trendi mengikuti zaman. Kendaraan roda duanya jenis Norton, BSA atau BMW, idola setiap pemuda pada zamannya, pokoknya seleranya tinggi. Pergaulannya sangat supel bahkan penuh humor sehingga banyak kawan tetapi pendirian dan sikapnya sangat tegas sebagaimana layaknya karakter orang Madura pada umumnya. Itulah sedikit gambaran sosok  Haji Abdul Azis ketika masih muda, yang lebih akrab dipanggil dengan nama Kaji Ajis Endhog. Maklum, istri beliau  yang dulu, Hajjah Siti Mariyam, waktu itu satu-satunya pribumi pedagang besar telur itik (Jawa = endhog) di Surabaya.

Sampai dengan tahun 1961, Haji Abdul Azis yang lahir tahun 1912 asal Bangkalan itu masih tercatat sebagai penduduk kampong Ampel Menara Surabaya (tempo doeloe : Kampoeng Tjoelik), menempati rumah bertingkat dua dengan konstruksi beton yang dibangun sekitar tahun 1930, yang terbilang cukup mewah menurut ukuran di zamannya. Dari kampong Ampel inilah, beliau bergabung dengan para pemuda setempat untuk memanggul senjata melawan penjajah  Belanda maupun Jepang. Tahun 1951 di masa pasca kemerdekaan, beliau membuka usaha penginapan di depan rumahnya, Losmen Suci, yang konon merupakan cikal bakal pemukim Ampel asal Kalimantan Selatan.

Dalam berjuang, beliau lebih menonjolkan keberanian fisik ketimbang peran intelektual (maaf!). Maka tak heran bila dalam setiap pertempuran yang dihadapi, beliau selalu berada di barisan paling depan.  Ketika pertempuran di daerah Gembong misalnya, beliau sempat terpental beberapa meter dari meriam yang direbutnya, lantaran tak tahu cara menggunakannya, yang berakibat kakinya mengalami luka-luka meski tak terhitung berat.

Ketika tentara Jepang mendarat dari pelabuhan Tanjung Perak dan bergerak ke arah kota, mereka dihadang pemuda Surabaya Utara di Kampemen Straat (kini Jl. KH. Mas Mansyur).
Konon dengan  gagahnya beliau merampas pedang samurai sang pemimpin Jepang yang congkak itu.

Dimasa mudanya beliau bergabung dalam organisasi kepanduan Hizbul Wathan (HW). Dalam perjuangan beliau aktif menjadi anggota PRI Surabaya Utara dan dalam ketentaraan beliau menjadi anggota TKR Sambongan.   Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar